Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 711



Bab 711

Jesika masih mencoba menjelaskan, tetapi di hadapan bukti kuat, ucapannya tidak berarti sama sekali. Dia hanya bisa berkali–kali memberi tahu Naufan betapa dia mencintainya.

Naufan menarik tangannya. Untuk pertama kalinya, ekspresi jijik muncul dari sorot matanya, “Jangan

bicara lagi. Ayo kita pergi.”

Tidak peduli Jesika seperti apa, tindakannya hari ini telah melampaui pemahaman Naufan kepada wanita ini dan membuat pria itu kehilangan muka. Naufan hanya ingin segera meninggalkan tempat ini.

Jesika tampak memiliki ratusan bahkan ribuan keenganan di hatinya, tetapi dia hanya bisa menuruti ucapan Naufan. Sekalipun dia sudah memperoleh banyak keuntungan selama bertahun–tahun ini, tetapi

dia tidak akan melepaskan pria kaya ini.

“Baiklah, aku menurutimu. Ayo bawa anak kita juga.”

Harvey melingkarkan kedua tangannya di dadanya sambil memandangnya dengan tatapan dingin. “Aku

nggak bilang William boleh pergi.”

Jesika balas memandangnya dengan marah, “Kamu ingin dia berlutut sampai kapan?”

“Sampai aku puas. Yang telah dia perbuat sudah kelewat batas, jadi aku nggak akan melepaskannya

begitu saja. Paman Wandi, antar tamu.”

Jesika masih berteriak, “Harvey, lepaskan anakku atau aku akan lapor polisi.”

“Baik, lapor saja. Aku juga ingin polisi menyelidiki apa yang telah dia lakukan. Sebenarnya, itu pembunuhan yang disengaja atau pembakaran?”

Meskipun Jesika tidak tahu apa yang dilakukan putranya di luar, teringat dengan sikap Leo sebelumnya, dia juga mengerti. Putranya pasti melakukan sesuatu kepada Harvey, apalagi buktinya sekarang jatuh di

tangan Harvey.

Jari–jari tangan Jesika yang memegang ponsel itu tampak gemetar. Dia tidak tahu harus bagaimana.

Terakhir, dia hanya bisa marah dan mengutuk Harvey, “Dasar anak durhaka dan nggak berperasaan.

Kamu pasti akan mendapatkan balasan!”

Ellia menarik kerah Jesika, lalu menamparnya dua kali dengan kasar. Sebenarnya Naufan yang berdiri di

sampingnya itu bisa menghentikannya, tetapi entah kenapa tubuhnya seakan–akan membeku dan tidak

bergerak sama sekali.

+15 BONUS

“Naufan, apa kamu sudah mati? Padahal aku dipukul seperti ini, tapi kamu malah berdiri di sana dan melihat saja?” ucap Jesika dengan marah.

“Kamu panggil aku apa?”

Jesika yang dia kenal selalu lembut dan perhatian. Dia sangat berbeda dengan wanita berpenampilan Còntens bel0ngs to Nô(v)elDr/a/ma.Org

garang di depannya itu.

“Suamiku, aku kesakitan sekali, jadi barusan aku agak panik …

Selena memegang ulu hatinya sambil menyaksikan pertunjukan konyol itu. Dia tidak tertarik untuk

terlibat dalam urusan Keluarga Irwin, selama dia memastikan Harvey selamat.

Dia siap–siap untuk bangkit dan naik ke lantai atas untuk beristirahat. Lewis segera datang

memapahnya, “Kamu baik–baik saja?”

Karena sudah lama tidak bertemu, Lewis juga tidak tahu sejauh mana tahap pengobatan Selena dan pengobatan seperti apa yang telah dia terima. Melihat ekspresi wanita itu, Lewis samar–samar

merasakan firasat buruk.

Selena menjawab dengan lemah, “Aku … aku baik–baik saja.”

Sebenarnya, Selena ingin pergi ke rumah sakit, tetapi sekarang Keluarga Irwin sedang ribut. Jadi, wanita itu mengurungkan niatnya dan merasa dia bisa menahannya.

“Kamu nggak terlihat seperti biasanya. Apa kamu nggak menjalani operasi?” tanya Lewis yang belum

mengetahui berita amnesianya.

“Operasi?” tanya Selena dengan bingung. Dia baru teringat Lewis mengatakan dirinya adalah dokter yang pernah merawatnya sebelumnya. Lewis pasti dia tahu penyakit apa yang dideritanya.

Saat Selena hendak bertanya, suara seorang wanita lembut terdengar di tengah kebisingan itu, “Harvey,

kamu benar–benar nggak menginginkanku lagi?”

Selena mengikuti arah suara dan melihat seorang wanita berkursi roda muncul di luar pintu.

Dia merasa tidak asing. Dia teringat wanita itu pernah muncul di bandara di hari mereka meninggalkan. Kota Arama. Saat itu, wanita ini terus berteriak ke arah mereka. Selena bahkan sempat bertanya kepada

Harvey apa dia mengenalnya.

Harvey hanya menjawab bahwa dia tidak mengenalnya. Bagaimana dia bisa ada di sini?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.